Mengukur panas bisnis boiler AMIN
JAKARTA (19 Dec 2015) - Beberapa emiten melantai secara berjamaah di Bursa Efek Indonesia pada pekan lalu. Salah satu emiten pendatang baru tersebut adalah PT Ateliers Mecaniques D’Indonesie Tbk, atau lebih beken disebut Atmindo.
Atmindo berdiri pada tanggal 24 Maret 1972. Atmindo berpusat di Deli Serdang, Sumatra Utara. Perusahaan yang menggunakan kode AMIN ini memiliki tiga kantor cabang yaitu di Pekanbaru, Samarinda dan Jakarta, yang berfungsi sebagai kantor pemasaran.
Atmindo bergerak di bidang produksi boiler dan alat penunjangnya, serta layanan jasa perbaikan alat tersebut. Kalau Anda belum tahu, boiler adalah alat untuk memproduksi uap (steam).
Fungsi utama boiler antara lain untuk menghasilkan uap kering dengan temperatur, tekanan kerja dan besar laju aliran tertentu, menuju turbin uap. Boiler menjadi andalan Atmindo dalam mengumpulkan pundi-pundi keuangan.
"Hampir semua pabrik membutuhkan boiler, khususnya pabrik industri sawit," ujar Pieter Simanjuntak, Sekretaris Perusahaan Atmindo kepada KONTAN, Jumat (18/12). Karena itu, wajar kalau penjualan boiler mendominasi pendapatan Atmindo.
Dari total pendapatan Rp 45,24 miliar per Mei 2015, kontribusi penjualan boiler sebesar Rp 38,69 miliar. Kontribusi pendapatan terbesar kedua datang dari penjualan suku cadang dan jasa, disusul pendapatan dari hasil perdagangan, komisi, serta penjualan perlengkapan pabrik minyak sawit.
Atmindo yakin bisnis boiler ke depan masih cerah. Manajemen perseroan ini menghitung, pasar boiler mencapai sekitar 440 unit per tahun.
Pertumbuhan bisnis boiler ini berjalan seiring pertumbuhan sektor sawit. Diperkirakan bakal ada penambahan 10 juta hektare (ha) kebun sawit siap panen hingga tahun 2020, yang membutuhkan sekitar 1.800 unit pabrik.
Saat ini baru ada 700 unit pabrik. Dus, dalam lima tahun ke depan akan ada penambahan 1.100-an unit pabrik sawit.
Atmindo saat ini memiliki pabrik di Tanjung Morawa, Sumatra Utara. Kapasitas produksinya sekitar 40 unit per tahun. Atmindo baru menggunakan seperempat kapasitas.
Tahun ini, Atmindo bisa menjual 10 boiler. Emiten yang masuk sektor aneka industri ini menargetkan penjualan 15 boiler tahun depan.
Atmindo juga memproduksi alat penunjang boiler atawa auxiliary. Alat penunjang ini terdiri dari economizer, air preheater, superheater dan dust collector. Selain menjual alat, Atmindo juga menawarkan jasa perawatan. Bisnis yang dilakoni Atmindo ini pun terus bertumbuh.
Kinerja keuangan Atmindo juga terus tumbuh. Di 2011, pendapatan Atmindo tercatat Rp 45,6 miliar. Tapi, pada Mei 2015, angkanya sudah mencapai Rp 122,83 miliar.
Melihat tren pertumbuhan tersebut, manajemen berani menargetkan penjualan tahun ini mencapai Rp 160 miliar dengan laba bersih Rp 17 miliar. Tahun depan, Atmindo menargetkan pertumbuhan pendapatan minimal 15%.
Dengan angka pertumbuhan tersebut, Atmindo berarti bisa mengantongi pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 184 miliar dan Rp 19,55 miliar. Selain menyasar industri sawit, Atmindo juga menyasar boiler untuk industri karet dan PLTU.
Mengejar mega proyek
Atmindo memang tengah menanti cipratan rejeki dari program pembangunan pembangkit 35.000 megawatt (MW) pemerintah. Untuk itu, perseroan ini melakukan investasi di permesinan dan teknologi untuk memproduksi boiler pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berkapasitas hingga 100 MW.
Investasi ini dilakukan bersamaan dengan investasi lain, berupa penambahan kapasitas produksi perusahaan dan penambahan kantor cabang dan service center. Total investasi yang dikucurkan yaitu Rp 90 miliar. Investasi ini sudah dicicil sejak 2012 lalu. Dana hasil penjualan saham perdana alias initial public offering (IPO) menjadi salah satu senjata Atmindo untuk ekspansi.
Perusahaan ini mengantongi dana Rp 30,72 miliar, dengan melepas 240 juta saham atau 22,22% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga Rp 128 per saham.
Atmindo akan menggunakan 68% dana IPO atau sebesar Rp 20,89 miliar untuk membayar utang pada HSBC. Mei lalu, Atmindo memiliki total utang Rp 41,81 miliar.
Utang ini terdiri dari utang dalam mata uang rupiah sebesar Rp 40,49 miliar, dan utang dalam mata uang dollar Amerika Serikat sebesar US$ 100.000. Utang ini akan jatuh tempo pada Mei 2016.
Atmindo akan menggunakan sisa 32% atau Rp 9,83 miliar dana IPO untuk modal kerja perseroan, dalam rangka pembuatan produk-produk boiler maupun auxiliary atas pesanan pelanggan.
Reporter Dityasa H Forddanta Editor Sanny Cicilia